Di hari Selasa, 13 Mei 2025 sekitar pukul 04.00 subuh terdengar deretan bunyi tembakan dari keganasan aparat militer Indonesia sehingga Hamba Tuhan, Kepala Desa, Ibu-ibu, Pria serta anak-anak ditembak sehingga korban berjatuhan tanpa adanya pertanggung jawaban yang dilakukan oleh negara Indonesia terhadap para korban dan rakyat Papua.
Keesokan harinya pada Rabu, 14 Mei 2025 ribuan warga sipil dari Distrik Hitadipa dan Sugapa mengungsi mulai mengungsi dari kampung halamannya mereka hingga hari ini, masih berada di hutan-hutan untuk mencari perlindungan.
Dalam sebuah video yang dikirimkan oleh TIM kemanusiaan independen dari Kota Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada 27 Mei 2025 ini menceritakan bahwa ribuan pengungsi ini terdapat anak-anak balita yang sedang sakit, ibu hamil dan orang-orang usia lanjut yang semestinya mendapatkan perawatan khusus dalam kehidupannya sehari-hari. Namun berujung pada penderitaan akibat mengungsi setelah operasi dilakukan tanpa sepengetahuan warga.
Operasi yang dimaksud tertuju kepada pejuang kemerdekaan bangsa Papua yang menamai dirinya Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB yang telah berjuang sejak tahun 1960 untuk Merdeka Sendiri tanpa keterlibatan Indonesia di wilayah New Guinea sekarang West Papua. Perjuangan TPNPB untuk mendirikan negara sendiri melalui kekuatan bersenjata yang terbagi di 36 Komando Daerah Pertahanan di seluruh wilayah Papua dibawa pimpinan Jenderal Goliat Naam Tabuni sebagai panglima tertinggi di TPNPB.
Perang yang dilakukan oleh TPNPB melalui cara bergerilya di seluruh wilayah Papua melawan militer pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 berlanjut sampai tahun 2025 yang sudah mengakibatkan terjadinya 80.000 warga sipil mengungsi di berbagai daerah serta lebih dari 5.000 warga menjadi korban pembagian akibat operasi militer Indonesia selama konflik bersenjata terjadi.
Konflik antara kedua belah pihak sejak masa lalu hingga sekarang belum pernah mendapatkan titik temu dalam penyelesaian persoalan Politik di Papua sementara Pemerintah Indonesia terus melakukan banyak kebijakan ditanah Papua dengan mengirimkan ribuan personel militernya dengan alasan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Papua sementara aksi penembakan dan pembunuhan terus dilakukan oleh aparat militernya dalam arti bahwa negara Indonesia sedang memusnahkan etnis Papua dalam bungkusan kesejahteraan rakyat.
Dalam hal ini penulis menyarankan kepada komunitas Internasional terlebih khusus Dewan HAM PBB untuk dapat melakukan investigasi kasus penembakan terhadap Ibu Hetina Mirip yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia di Intan Jaya sejak 13 Mei 2025 bersama sejumlah Hamba Tuhan dan warga sipil lainnya di Intan Jaya akibat kebrutalan militer Indonesia.
Admin: KNPB News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar