Minggu, 13 April 2025

Ini Strategi Penaklukan Suatu Bangsa Dan Etnosida Secara Sistematis


Ini Strategi Penaklukan Suatu Bangsa Dan Etnosida Secara Sistematis


Perang di puncak jaya adalah jebakan dalam skenario sistem politik dan sistem demokrasi yang tidak mendidik akibatnya  menciptakan konflik horizontal antar sesama orang papua. Perang yang tercipta adalah murni kepentingan politik praktis bukan berkenan dan atau bersinggungan dengan budaya perang zaman dahulu di Papua . 


Perang dahulu ditujukan untuk melakukan proses perdamaian secara adat dan patah anak panah hanya sebagai simbolis tanpa membakar semua alat produksi, alat-alat budaya, sebab yang salah manusia bukan alat sehingga tidak perlu menghancurkan alat tersebut atau hingga membakarnya.


Perang antar suka yang terjadi hari ini adalah hasil dari praktek kolonialisme untuk menghilangkan sedarah, menghilangkan identitas dan menghilangkan hirarki suatu bangsa, dengan kata lain metode penaklukan suatu bangsa . Karena mereka perang itu akibat proses pemilu indonesia atau politik praktis yang gagal dan cacat dalam hal ini pemilihan bupati dan putusan MK yang terkesan merugikan atau mengorbankan pihak lain. Akibatnya kedua kubu saling berperang karena kepentingan para elit politik dan kepentingan borjuis. 

Kemudian proses perdamaian yang tidak dilakukan pun tidak lah benar, proses dilakukan jelas bertujuan hanya untuk menghilangkan budaya adat serta tradisi secara sistematis masif dan terstruktur dengan tindak pembakaran panah  tersebut dengan jumlah yang besar yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia.

Hal tersebut juga pernah di bahas pada Podcast Baku Kasih Tau ! Sebelum beberapa bulan lalau bisa lihat di link youtube berikut:https://m.youtube.com/watch?v=84r52epJ5jE


Proses perdamaian dengan membakar anak panah di puncak jaya Papua adalah salah satu cara menghancurkan dan menghilangkan identitas suatu bangsa.

Pembakaran ribuan panah dan anak panah (busur) yang dilakukan oleh Pemerintah beserta jajaran TNI-Polri di Kabupaten Puncak Jaya dengan alasan untuk menghentikan bentrokan atau konflik antara kubu pendukung calon bupati dan wakil bupati kabupaten puncak jaya, merupakan bentuk penghancuran dan penghilangan terhadap budaya Papua (Etnosida), khususnya di wilayah Lapago dan Meepago secara sistematis dan terstruktur.


Kita sadar atau tidak sadar identitas bangsa sedang dihancurkan karena orang papua sendiri sudah kehilangan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Ini salah satu bentuk atau praktik neokolonialisme berusaha menghilangkan budaya sebagai identitas suatu bangsa. Karena yang bermasalah bukan panah dan busur tetapi yang salah adalah manusia dan sistem politik serta sistem demokrasi yang tidak mendidik rakyat sebagaimana mestinya. Sebab perang suku sendiri merupakan bagian tak terpisahkan daripada warisan kebudayaan jika perang itu dilakukan karena masalah tanah, masalah pencurian babi, pencurian kelapa hutan dan masalah pembunuhan seperti dulu.


Pembakaran ribuan anak panah seperti ini jelas dapat kita kategorikan sebagai bentuk penghilangan atau pemusnahan budaya. Anak panah dan panah itu adalah simbol kejantanan/ke laki-laki bagi seorang laki-laki di wilayah adat Lapago dan Meepago tetapi juga alat produksi seperti alat berburu, alat untuk dansa dan alat bunuh babi apabila ada pesta babi tahunan ( bakar batu ) .

Selain secara adat secara budaya juga panah dibutuhkan untuk diberikan kepada anak laki-laki ketiga masuk hinai laki-laki dan acara adat masak untuk melihat masalah tertentu.

Etnosida, yang secara harfiah berarti "pembunuhan budaya" atau "pemusnahan etnis", merujuk pada penghancuran sistematis terhadap budaya, tradisi, bahasa, dan identitas suatu kelompok etnis.

 Etnosida Dalam Praktek Kolonialisme dalam konteks kolonialisme  seringkali  menjadi bagian integral dari proyek penjajahan, di mana kekuatan kolonial berusaha untuk mendominasi dan mengendalikan masyarakat pribumi tidak hanya secara politik dan ekonomi, tetapi juga secara budaya.


Praktek kolonialisme dan kepentingan kapitalisme bangsa pribumi dihancurkan dengan berbagai bentuk. Pertama : politik pecah belah atau politik adu domba menciptakan konflik untuk hancurkan nasionalisme. Didalam politik adu domba ini ada politik indentitas, hali kerap terjadi dalam pemilu palsu indonesia di papua politik indentitas.Kedua: Penggunaan dan penghancuran simbol atau indentitas digantikan budaya asing dengan menciptakan polarisasi.Ketiga : penghilangan bahasa sebagai simbol indentitas suatu bangsa dan digantikan dengan bahasa asing. Keempat: Menghilangkan atau mengaburkan sejarah satu bangsa dan digantikan dengan sejarah palsu milik kolonial, sehingga memutuskan hubungan terhadap generasi mudah berikutnya kehilangan indentitas.Dalam praktek kolonialisme hal-hal ini kerap dilakukan untuk hancurkan suatu bangsa dan hal ini sedang terjadi saat ini di Papua.


Motif di balik etnosida oleh kolonial sangat beragam, namun umumnya berakar pada keyakinan superioritas budaya penjajah dan inferioritas budaya terjajah. Penghancuran budaya pribumi dipandang sebagai cara untuk melemahkan perlawanan, memudahkan asimilasi, dan memaksakan nilai-nilai serta norma-norma kolonial. Proses ini seringkali melibatkan kekerasan simbolik dan fisik, serta kebijakan-kebijakan yang secara sistematis merongrong fondasi sosial dan budaya masyarakat pribumi.

Dampak etnosida sangat mendalam dan berlangsung lama. Kehilangan bahasa, tradisi, dan sistem pengetahuan tradisional dapat menyebabkan krisis identitas, trauma kolektif, dan hilangnya kohesi sosial dalam masyarakat pribumi. Selain itu, penghancuran warisan budaya dan spiritual dapat memutuskan hubungan masyarakat dengan masa lalu mereka dan melemahkan kemampuan mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri.

Dalam praktek kolonialisme metode seperti ini kerap dilakukan atau dipraktekkan di berbagai belahan dunia ini misalnya di afrika, oleh orang eropa seperti jerman, inggris dan Francis menjajah benua Afrika. Penghancuran budaya sebagai hirarki atau indentitas suatu bangsa, dengan mendominasi budaya populer luar atau budaya penjajah.Kesadaran sejarah palsu sejak dini membentuk pola pikir kita menjadi manusia instan, menjadi budak dan menjadi tenaga kerja kapitalis.Kekuatan kolonial secara aktif berusaha untuk menghilangkan atau menekan manifestasi budaya pribumi, termasuk bahasa, agama, ritual, adat istiadat, seni-budaya, dan sistem pendidikan tradisional.

Marginalisasi dan Diskriminasi Budaya Pribumi: Budaya pribumi direndahkan, dianggap primitif atau tidak relevan, dan didiskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Penghancuran tempat-tempat suci, artefak keagamaan, monumen bersejarah, dan simbol-simbol budaya lainnya sering kali dihancurkan atau dirusak.Penghancuran budaya dapat menjadi langkah awal atau pelengkap dari upaya untuk memusnahkan suatu kelompok etnis secara fisik.

Penting untuk diingat bahwa pemusnahan budaya adalah pelanggaran hak asasi manusia dan upaya untuk melestarikan dan melindungi keragaman budaya sangatlah penting.Strategi untuk menghancurkan suatu bangsa menghancurkan budaya, hilangkan indentitas dan kuburkan sejarah bangsa terjajah merupakan teori lama dalam praktek kolonialisme di suatu wilayah terjajah.Ketika kolonialisme berhasil menghancurkan budaya, tradisi adat istiadat dan sejarah maka mudah sekali menghilangkan manusia untuk mencapai kepuasan dan kepetingan ekonomi politik Kolonialismenya. Untuk menghancurkan tatanan kehidupan suatu bangsa untuk mempopulerkan budaya mereka guna membentuk indentitas politik kekuasaan mengerahkan partai politik institusi negara agar masyarakat mulai menerima budaya dan intensitas politik baru sekaligus doktrinasi Ideologi negara..

Masyarakat adat dan suku-suku bangsa merupakan bagian bagian dari pilar utama suatu bangsa dan negara yang membentuk indentitas nasional suatu negara yang berdaulat.

Pengakuan dan penghormatan terhadap hak atas tanah tradisi bahasa kebudayaan serta penghargaan atas kontribusinya merupakan prinsip moral yang mendasar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peranus Balingga Seorang Tukang Ojek Yang Ditangkap Oleh Militer Indonesia Dalam Penyisiran Yang Terjadi Di Yahukimo

Peranus Balingga Seorang Tukang Ojek Yang Ditangkap Oleh Militer Indonesia Dalam Penyisiran Yang Terjadi Di Yahukimo  Dekai, KNPBnews , pada...