*KESAKSIAN NYATA: MAKAN SIANG GRATIS DI PAPUA PROYEK BIN BAIS*
KNPBnews , Rabu 19/02/2025. Belum lama ini. Saya dengan seorang kawan duduk di halaman sebuah gereja. Lalu seorang pastor dan guru datang cerita soal bagaimana aparat, terutama BIN, BAIS dan lainnya berperan penting di balik program Makan Siang Gratis (MSG) di seluruh Tanah Papua.
"...Semua hal disiapkan oleh intel dari BIN BAIS. Mereka dipercayakan untuk bangun pos untuk kelola makan. Belanja sayur mayur, lauk pauk dan mengantar di sekolah juga semua dikendalikan oleh mereka. Guru-guru hanya dilibatkan 1 atau 2 orang untuk arahkan di permukaan saja. Tapi secara teknis dikendalikan 100 persen oleh mereka."
Lalu saya bertanya: "pastor dan pak guru tahu dari mana informasi ini?"
Kata mereka, sekali waktu keduanya ikut pertemuan di kantor gubernur Papua, belum lama ini. Lalu, kata mereka "seorang kepala dinas atau kepala bidang dari dinas sosil provinsi Papua mengatakan bahwa: program ini sebenarnya untuk menekan pola pikir anak-anak Papua sejak usia dini."
"...tujuan utama dan terselubung adalah, membentuk pola pikir anak-anak Papua yang pro merdeka," turu pastor pada siang itu.
Lalu, seorang guru SMP itu membenarkan itu. Katanya demikian: "benar pace satu dari dinas sosial katakan, bahwa di Papua program ini untuk menekan gerakan M sejak anak-anak usia dini, remaja dan dewasa. Karena itu semua akan dikendalikan oleh BIN BAIS di setiap sekolah."
Kata mereka, kedepan setiap siswa akan diwajibkan punya buku rekening dan ATM. Bantuan dana untuk makan gratis, akan dikirim ke rekening masing-masing siswa. Setiap anak akan dijanjikan dengan uang besar.
Dalam satu minggu wajib tarik dan setor di sekolah (BIN BAIS) yang nantinya akan kelola makanan. Kalau tidak tarik uang dalam seminggu, maka dianggap hangus dan ditarik kembali.
"...ini kami dengar sendiri dalam rapat itu. Kami sempat tanya, berarti buku rekening dan ATM siswa hanya numpang lewat saja ya? Sebab semua uang harus tarik dan dikasih ke BIN BAIS dan guru-guru serta masyarakat yang kelola makan siang gratis," kata iman berambut lurus itu.
Mereka ambil contoh konkret di wilayah konflik seperti Intan Jaya, Puncak dan sekitarnya. Bekum apa-apa saja, aparat keamanan dan militer mulai ambil alih. Dimana mereka bagi-bagi makanan ke anak-anak sekolah dengan pakaian dan senjata lengkap.
"Belum sampai setahun, aparat sudah mulai ambil alih di sekolah-sekolah. Saya takut kedepan akan jadi seperti apa. Lalu bagaimana dengan anak-anak di pedalaman lain? Apakah mereka makan ikan, ayam, tahu dan lainnya? Siapa yang akan masak di sana, sebab orang-orang tua sibuk membuat kebun dan lainnya. Apakah aparat akan masuk setiap kampung dan sekolah atas nama makan siang gratis?"
Saya lihat mereka sangat khawatir. Suara hati mereka menolaknya, tapi sebagai imam dan guru yang berada di bawah atasan orang lain tidak bisa protes. Mereka hanya pasrah saja, walaupun suara hati kecil katakan "tidak dan menolak makan siang gratis."
Mental anak-anak akan hancur. Karena dari rumah mereka datang berpikir untuk belajar dan menerima materi, melainkan sibuk berpikir: sebentar saya makan apa? Ikan atau ayam? Nasi atau petatas dan sagu?
Lagian kata mereka ini program yang dibawa-bawa dari janji politik pada saat kampanye. Bukan sebuah program yang hendak diterapkan pasca melakukan kajian ilmiah yang benar dan tepat. Program ini lebih pada upaya untuk meningkatkan popularitas ketimbang mendukung kualitas pendidikan anak.
Hendaknya, pemerintah kaji ulang program makan diang gratis. Evaluasi ulang setelah banyak orang keracunan, dan protes dimana-mana. Setiap kebijakan harus diterapkan berdasarkan kajian ilmiah yang independen. Bukan karena paksaan atau kemauan presiden Prabowo Subianto dan Gibran selaku wakil presiden indonesa saat ini
Admin : KNPB News

Tidak ada komentar:
Posting Komentar