Kasus Femisida harusnya menjadi sorotan publik namun tidak pernah ada perhatian serius atau sorotan kekerasan terhadap perempuan di Papua termasuk kasus Femisida.
Kasus- kasus Femisida di Papua salah satu kejahatan dan ancaman serius terhadap perempuan Papua yang seharusnya menjadi perhatian publik agar tidak dianggap biasa akhirnya banyak perempuan menjadi korban.
Kasus Femisida tidak disoroti masyarakat tetapi juga oleh lembaga kemanusiaan Aktivis HAM maupun Aktivis gerakan dan rakyat Papua.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pandangan seksisme, patriarki budaya memposisikan perempuan sebagai manusia kelas dua dalam struktur sosial masyarakat.
Paradigma patriarki ini melahirkan penindasan terhadap perempuan di Papua termasuk kasus Femisida berapa tahun terakhir terjadi di Papua.
Gerakan perempuan sendiri di Papua tidak efektif untuk membangun kesadaran kritis terhadap perempuan tetapi juga terhadap laki-laki termasuk masyarakat umum.
Sekalipun ada gerakan perempuan di Indonesia termasuk di Papua bicara penindasan perempuan dan aktivis feminisme ada namun sangat kontradiksi dengan cara pandang patriarki mendominasi laki-laki akibat patriarki.
Ada gerakan perempuan dan kawan-kawan feminisme di Papua namun terkesan gerakan terkesan sangat Liberal ( feminisme liberal).
Dimana Aktivis Perempuan di Papua sering utamakan karir, kuota atau perwakilan Perempuan dalam pekerjaan dan kepemimpinan dalam organisasi baik organisasi non pemerintah maupun dalam sistem kolonial.
Gerakan perempuan di Papua terkesan hanya sebatas quota atau keterwakilan serta keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan sekedar kesetaraan gender dalam dunia kerja.
Hal ini tentu tidak menyelesaikan akar penindasan perempuan sesungguhnya karena masalah penindasan perempuan di Papua akibat kolonialisme kapitalisme dan patriarki budaya memposisikan manusia kelas dua.
Perempuan dilihat sebagai objek pemuas nafsu kaum laki-laki dan banyak korban ekspektasi dan melahirkan kekerasan.
Dalam kasus Femisida tidak terlepas dari Juga patriarki dan seksisme dampak lainnya egoisme laki-laki maskulinitas kita pada akhirnya hal yang sering terjadi adalah masokisme dan sadisme.
Penyebab masokisme Kebanyakan korban sadisme secara fisik maupun verbal melahirkan penindasan dan kekerasan termasuk Femisida terhadap perempuan Papua.
Kasus-kasus Femisida di Papua beberapa tahun terakhir mutilasi seorang ibu di Puncak Ilaga tahun 2023.
Kasus dua orang ibu di kabupaten Yahukimo tahun 2023 kasusnya sudah dilaporkan namun belum jelas pelaku tidak pernah dianggap sama sekali.
Pembunuhan terhadap seseorang perempuan oleh suaminya sendiri di Kampung Wolo Timur, Distrik Wolo, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan . Akibatnya, keluarga korban melakukan aksi pembakaran terhadap rumah pelaku tak terduga pada Sabtu (5/8/2023) siang.
Seorang polisi berinisial RK (38) di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, menganiaya istrinya, Jein Urpon (28), hingga meninggal.
Suami membunuh istrinya di Kampung Kaibusene, Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Papua. Dia menghabisi nyawa korban lantaran emosi dituduh telah berselingkuh.
Suami Yang Bunuh Istri di Rumah Makan Jam Gadang Sentani tahun 2022 dan masih banyak kasus.
Kemudian kasus Femisida yang terakhir adalah seorang anggota TNI angkatan Laut membakar istrinya hingga meninggal akibat kebakaran di kota Jayapura.
Kasus pembunuhan dan kekerasan terhadap perempuan di hal serius karena dampaknya adalah genosida karena perempuan habis bangsa ini akan punah.
Apa Itu Femisida ?
femisida menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah femisida artinya pembunuhan seorang perempuan oleh laki-laki karena kebenciannya terhadap perempuan.
Istilah femisida pertama kali digunakan oleh Diana Russel pada International Tribunal on Crimes Against Women (1976) dan menempatkannya sebagai "pembunuhan misoginis terhadap perempuan oleh laki-laki.
Menurut Sidang Umum Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Berdasarkan Sidang Umum Dewan HAM PBB, femisida adalah pembunuhan terhadap perempuan yang didorong oleh kebencian, dendam, penaklukan, penguasaan, penikmatan dan pandangan terhadap perempuan sebagai kepemilikan sehingga boleh berbuat sesuka hatinya.
Karena itu, femisida muatannya berbeda dari pembunuhan biasa karena mengandung aspek ketidaksetaraan gender, dominasi, agresi atau opresi.
Femisida bukanlah kematian sebagaimana umumnya melainkan produk budaya patriarkis dan misoginis dan terjadi baik di ranah privat, komunitas maupun negara. Berdasarkan data PBB, 80% dari pembunuhan berencana terhadap perempuan dilakukan oleh orang terdekatnya.
Maka dari itu, kasus pembunuhan femisida berbeda dengan pembunuhan biasa karena mengandung aspek ketidaksetaraan gender, dominasi, agresi atau opresi. Femisida bukanlah kematian sebagaimana umumnya melainkan produk budaya patriarkis dan misoginis dan terjadi baik di ranah privat, komunitas maupun negara.
Apa Penyebab Femisida?
penyebab kasus femisida babagi faktor termasuk masokisme berdampak pada sadisme terhadap perempuan.
Selain itu ada banyak faktor lainnya menyebabkan terjadinya femisida. Secara umum Femisida faktor-faktor penyebab lain femisida antara lain:
(1). Ketersinggungan maskulinitas (2)Marah karena didesak bertanggung jawab atas kehamilan (3) Menghindari tanggung jawab materi (4)Kecewa ditolak cinta (5) Cemburu (6) Memaksa pelayanan maupun pemenuhan transaksi seksual (7) Konflik dalam rumah tangga dan tidak mau dicerai (8) Melakukan perlawanan saat diperkosa dan lainnya.
Femisida atau feminisida adalah sebuah istilah kejahatan kebencian berbasis jenis kelamin, yang banyak didefinisikan sebagai pembunuhan intensional dari kaum perempuan (wanita atau gadis) karena mereka adalah perempuan.
Pengarang feminis Diana E. H. Russell mengatakan Femisida merupakan salah satu pionir awal dari istilah tersebut, dan ia mendefinisikan kata tersebut sebagai "pembunuhan perempuan oleh laki-laki karena mereka adalah perempuan.
Feminis lain menempatkan pengertian pada tujuan atau keperluan dari tindakan tersebut secara khusus ditujukan kepada perempuan karena mereka adalah perempuan; yang lainnya meliputi pembunuhan perempuan oleh perempuan.
Kasus Femisida belum banyak dikenali oleh kalangan masyarakat, dikarenakan kejahatan dalam bentuk ini jarang tersorot dari berbagai media.
Kasus ini jarang tersorot adalah, karena faktor patriarki tapi juga regulasinya tidak ada sehingga masyarakat masyarakat yang mengetahui kejadian ini tidak pernah melaporkan dalam lembaga HAM maupun Komnas Perempuan (Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan).
Karena kasus seperti ini tidak masuk dalam aturan perundang-undangan daerah maupun nasional, dan tidak masuk dalam pendataan perempuan di catatan kepolisian.
Kemudian para aktivis perempuan, Aktivis HAM Aktivis gerakan perlawanan di Papua dan masyarakat umum juga menganggap kasus seperti ini hal yang biasa dan mengabaikan.
Karena masalah perempuan itu tidak penting dibicarakan Perempuan manusia kelas dua sehingga terus terjadi diskriminasi berbasis gender terhadap perempuan masih subur di Papua.
Di sisi lain perempuan sendiri anti bergabung dalam gerakan perempuan gerakan organisasi perjuangan menjadi pelopor berdiri ditengah laki-laki berani melawan terhadap dominasi laki-laki.
Perempuan sendiri anti terhadap teori anti diskusi anti berkabung dalam gerakan Perlawanan, membiasakan diri ikut terlibat dalam Perjuangan Pembebasan Nasional.
Perempuan sendiri menjadi pelopor menciptakan Kesetaraan gender dalam interaksi sosial yang mendominasi kaum laki-laki karena keterbatasan pengetahuan tentang Penindasan Perempuan.
Perempuan sendiri memposisikan diri sebagai objek Eksploitasi dan menerima perlakuan sebagai takdir yang dan rencana Tuhan harus diterima sehingga dalam hirarki keagamaan juga turut menindas perempuan melalui hirarki agama atau sistem kepercayaan yang menindas.
Perempuan sebagai manusia memiliki hak eksistensial dimiliki hilang karena tidak ada keberanian untuk melawan. Ini soal melihat manusia setara demi memanusiakan manusia untuk membangun kesadaran dan peradaban bangsa Papua sebab perempuan salah satu pilar utama suatu bangsa.
Admin KNPBNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar